• Tentang Kami
  • Pimpinan Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Privacy Policy
  • Hubungi Kami
Sunday, November 9, 2025
  • Beranda
  • Berita
    • Nasional
    • Internasional
  • Advertorial
  • Kolom
  • Politik & Ekonomi
  • LifeStyle
  • Publik Bicara
  • Jateng Gayeng
  • Survei
No Result
View All Result
Teras Jateng
Advertisement
  • Beranda
  • Berita
    • Nasional
    • Internasional
  • Advertorial
  • Kolom
  • Politik & Ekonomi
  • LifeStyle
  • Publik Bicara
  • Jateng Gayeng
  • Survei
No Result
View All Result
Teras Jateng
No Result
View All Result
Home Kolom

Menyembelih Ego Diri, Menghidupkan Empati di Tengah Pandemi

Kontributor : Ahmad Fanani

4 years ago
in Kolom, Publik Bicara
Reading Time: 3 mins read
A A
Menyembelih Ego Diri, Menghidupkan Empati di Tengah Pandemi

Siluet-Ahmad Fanani

Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsappShare on Telegram

TERASJATENG.COM | Tak ada orang tua yang benar-benar sanggup kehilangan anaknya. Meski kata Rumi hati manusia selalu terbuka dan dapat menerima segala, kepergian anak adalah tragedi yang akan merenggut seluruh dunia orang tuanya. Tak ada yang tersisa dari diri seorang ayah yang kehilangan anaknya, kecuali tangis dan pilu tak tertanggungkan.

Tapi apa jadinya jika orang tua diperintah untuk mengakhiri hidup anak kandungnya sendiri. Ibrahim AS, sebagaimana kita tahu, harus menerima misi berat itu, Tuhan memerintahkannya untuk menyembelih buah hati tercinta, Ismail AS. Manusia biasa tentu tak akan sanggup menerima tugas itu. Tapi Ibrahim lain, dia bukan manusia dengan kualitas rata-rata. Tauhidnya teguh, tak goyah oleh apapun.

BACA JUGA

Seni Peran dalam Pendidikan Karakter

Seni Peran dalam Pendidikan Karakter

September 26, 2025
Filosofi Tennes dan Kepemimpinan Menyatu: Refleksi atas Kepemimpinan Prof. Masrukhi

Filosofi Tennes dan Kepemimpinan Menyatu: Refleksi atas Kepemimpinan Prof. Masrukhi

August 28, 2025
ADVERTISEMENT

Pagi itu Dia sudah menajamkan golok. Dan Ismail, alih-alih takut, konon justru turut menguatkan ayahanda. Sampai detik terakhir Iblis masih bersiasat menumbuhkan ragu. Kegilaan macam apa yang mendorong seorang ayah tega menggorok leher anaknya, kira-kira begitu Iblis menggoda. Tapi Ibrahim yang teguh justru melemparinya dengan batu. Keyakinan hatinya tak menyisakan ruang untuk ragu, tak sedikitpun.

Kita tahu bagaimana kisah selanjutnya. Plot twist, begitu kata milenial penikmat seri korea. Tuhan mengganti tubuh Ismail dengan domba. Keteguhan Ibrahim membuatnya dikenang sebagai bapak tauhid, konsepsi aqidah yang menjadi jangkar iman seorang muslim. Dan peristiwa itu kemudian dirayakan sebagai Idul Qurban, satu diantara dua hari raya bagi ummat islam.

Selama ribuan purnama Idul Qurban terus dirayakan. Selain anjuran berhaji, setiap muslim yang mampu dianjurkan untuk meneladani jejak Ibrahim dengan menyembelih hewan ternak (yang telah ditentukan syariat) sebagai wujud tegaknya iman seorang hamba. Karena iman, sebagaimana ungkap sebuah riwayat, bukanlah sekedar angan apalagi hiasan bibir, ia adalah keyakinan hati yang mewujud dalam buah amalan. Dalam hal ini, iman mewujud dalam kesediaan diri untuk berkurban dan berbagi dengan mereka yang membutuhkan.

Monumen Kemanusiaan

ADVERTISEMENT

Idul Qurban adalah monumen kemanusiaan. Ia merekam kemenangan manusia atas nafsu dan muslihat iblis. Kata Rumi nafsu adalah induk dari segala berhala, biang segala laku dosa. Trajektori menyembelih nafsu adalah ikhtiar sepanjang hayat manusia untuk menjadi manusia. Hanya dengan menyembelih nafsu terbit kesadaran manusia sebagai hamba di hadapan Tuhannya. Dengan begitu manusia terbebas dari penghambaan terhadap dunia. Dengan begitu pula luruh segala arogansi karena semua manusia setara. Lahirlah empati, tumbuh kesediaan berbagi, dan mekarlah peri kemanusiaan.

Tak kalah penting, plot twist penggantian tubuh Ismail dengan domba membuka mata kesadaran kita bahwa manusia tak boleh mengorbankan hidup manusia lain, atas nama apapun. Tuhan tak rela darah manusia tumpah. Nyawa manusia adalah anugerah yang tak bisa ditukar oleh apapun.

Hari ini kita merayakan Idul Qurban dengan batin yang lebam dihajar kepedihan. Pandemi membuat kita nyaris terkapar tak berdaya di sudut rumah-rumah dengan gawai yang terus diberondong berita duka. Satu per satu nama yang kita kenal tumbang. Rumah sakit penuh sesak, tenaga medis kewalahan, korban terus berjatuhan.

Ditengah kepedihan ini, semesta medsos justru dibuat geram oleh cuitan dari seorang akademisi yang belakangan lebih dikenal sebagai pendengung militan pemerintah, Ade Armando. Cuitan yang terasa nir-empati itu mengesankan kematian seolah tak bermakna. Tak lebih hanya sekadar angka. Seolah ratusan ribu kematian itu hanya kejadian biasa, tak berarti apa-apa.

Padahal kematian tak pernah datang sendirian. Ia selalu diiringi dengan kepedihan dan tangis mereka yang ditinggalkan. Lihatlah dibalik angka-angka tersebut ada perjuangan manusia melawan pedihnya sakit dengan sisa tarikan nafas terakhir, ada cerita yang harus usai, ada mimpi yang harus terhenti, ada ratapan yang sulit mereda, ada kepedihan batin dari anak yang kehilangan orang tuanya, istri kehilangan suaminya, adik kehilangan kakaknya, kecemasan menghadapi masa depan antah berantah karena tulang punggung keluarga kini telah tiada, ada perasaan pilu keluarga yang tak lagi utuh.

Dalam situasi kehilangan yang teramat menyayat itu kalimat demikian sungguh menyakitkan. Rasanya sulit dinalar kalimat semacam itu bisa keluar dari kepala orang terdidik. Karena terang ilmu mestinya mencerahkan akal fikir dan budinya, menyuburkan benih kemanusiaan dan keadaban.

Kalimat sejenis itu hanya bisa muncul dari orang yang berjarak, tak menempatkan diri sebagai bagian dari mereka yang kehilangan. Sebagai manusia berkeadaban kita dididik untuk merespon peristiwa kehilangan dengan memyampaikan ucapan “turut berduka”, “turut berbelasungkawa”, diiringi dengan doa-doa terbaik dan kalimat yang menguatkan. Dalam kalimat tersebut eksplisit perasaan kita turut merasakan apa yang dirasakan keluarga, ada pesan bahwa mereka tak sendiri menghadapi kehilangan yang tak mudah tersebut. Kehilangan membuat manusia rapuh, karena itu kita hadir saling menguatkan.

Menghidupkan Empati

Sebagai manusia yang mengikatkan diri sebagai satu bangsa, setiap warga negara adalah saudara. Kematian satu warga negara adalah kehilangan bersama. Duka yang dirasakan keluarganya adalah duka juga untuk kita. Adagium “satu kematian adalah tragedi, ribuan kematian hanyalah statistik” tak boleh berlaku di negeri Pancasila ini.

Di tengah keterbelahan bangsa yang belum juga menunjukkan gejala mereda, ujaran nir-empati dan tuna-kemanusiaan hanya akan memperparah keadaan. Sementara kita tahu sejatinya situasi pandemi ini menuntut solidaritas dan gerak bersama. Sesuatu yang hanya bisa terwujud dengan menumbuhkan empati dan sensibilitas. Perasaan senasib sepenanggungan, begitu para founding person bangsa menyebutnya. Tak terlalu sulit sejatinya, asal kita bisa menyembelih segala bentuk ego parsial dan menghidupi benih kemanusiaan, persatuan adalah hal yang niscaya.

 

Ahmad Fanani – Peneliti Analytica Syndicate

Tags: Ahmad FananiIdul Adha
Share37Tweet23SendShare

BACA JUGA

Seni Peran dalam Pendidikan Karakter
Jateng Gayeng

Seni Peran dalam Pendidikan Karakter

September 26, 2025
Filosofi Tennes dan Kepemimpinan Menyatu: Refleksi atas Kepemimpinan Prof. Masrukhi
Jateng Gayeng

Filosofi Tennes dan Kepemimpinan Menyatu: Refleksi atas Kepemimpinan Prof. Masrukhi

August 28, 2025
Pemanfaatan Limbah Rumah Tangga Menjadi Pupuk Organik Cair: Solusi Inovatif untuk Lingkungan dan Pemberdayaan Masyarakat
Berita

Pemanfaatan Limbah Rumah Tangga Menjadi Pupuk Organik Cair: Solusi Inovatif untuk Lingkungan dan Pemberdayaan Masyarakat

December 27, 2024
Load More
Next Post
Rumah Tahfidz Ditutup, Suyatno Tegaskan PAN adalah Partai Islam

Rumah Tahfidz Ditutup, Suyatno Tegaskan PAN adalah Partai Islam

Hasil Asesmen Keluar, Pemkab Blora Segera Lakukan Penataan Pejabat Eselon II

Jika Blora Naik Ke PPKM Level 2, PKL Bisa Berjualan Kembali

Apa pendapatmu tentang ini :)

Berita Terbaru

Sarasehan Bersama Anggota DPR RI, Fadholi: Pererat Persaudaraan, Bangun Kemajuan Desa Lewat Nilai Pancasila

Sarasehan Bersama Anggota DPR RI, Fadholi: Pererat Persaudaraan, Bangun Kemajuan Desa Lewat Nilai Pancasila

October 31, 2025
Seni Peran dalam Pendidikan Karakter

Seni Peran dalam Pendidikan Karakter

September 26, 2025
Anggota DPR RI Fadholi Dukung Prpgram Ketahanan Pangan Melalui Program Infrastruktur Irigasi

Anggota DPR RI Fadholi Dukung Prpgram Ketahanan Pangan Melalui Program Infrastruktur Irigasi

October 31, 2025
Anggota DPR RI, Fadholi Kampanyekan Gotong Royong Demi Kokohnya Bhinneka Tunggal Ika

Anggota DPR RI, Fadholi Kampanyekan Gotong Royong Demi Kokohnya Bhinneka Tunggal Ika

October 31, 2025
Nasdem Nonaktifkan Ahmad Sahroni dan Nafa Urbach

Nasdem Nonaktifkan Ahmad Sahroni dan Nafa Urbach

August 31, 2025
Facebook Twitter Telegram Instagram

Teras Jateng dibawah PT. Terasindo Media Sejahtera hadir sebagai alternatif sumber informasi bagi masyarakat dengan terus berpegang pada prinsip prinsip jurnalistik.

Email Redaksi terasindoms@gmail.com Alamat Kantor Pusat : Kel. Meteseh RT 003 RW 009 Kota Semarang Kontak : 082227008432

TERASJATENG NETWORK

Terasjateng.com

Terasjatim.net

Terasjabar.net

Terasjakarta.net

Terasjogja.com

Terassumsel.com

Terassumbar.id

Terassumut.id

Teraskalimantan.com

Terassulsel.id

BERITA TERBARU

Sarasehan Bersama Anggota DPR RI, Fadholi: Pererat Persaudaraan, Bangun Kemajuan Desa Lewat Nilai Pancasila

Sarasehan Bersama Anggota DPR RI, Fadholi: Pererat Persaudaraan, Bangun Kemajuan Desa Lewat Nilai Pancasila

October 31, 2025
Seni Peran dalam Pendidikan Karakter

Seni Peran dalam Pendidikan Karakter

September 26, 2025
Anggota DPR RI Fadholi Dukung Prpgram Ketahanan Pangan Melalui Program Infrastruktur Irigasi

Anggota DPR RI Fadholi Dukung Prpgram Ketahanan Pangan Melalui Program Infrastruktur Irigasi

October 31, 2025

© 2021 PT Terasindo Media Sejahtera - Sumber Informasi Masyarakat.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Berita
    • Nasional
    • Internasional
  • Advertorial
  • Kolom
  • Politik & Ekonomi
  • LifeStyle
  • Publik Bicara
  • Jateng Gayeng
  • Survei

© 2021 PT Terasindo Media Sejahtera - Sumber Informasi Masyarakat.

error code: 522