Terasjateng.com |Kendal — Pendiri perguruan pencak silat Budi Suci Mandiri atau BSM, Bambang Wijanarko ingin melestarikan budaya seni pencak silat di Kendal. Hal tersebut disampaikan oleh Bambang Wijanarko selaku guru besar sekaligus pendiri perguruan pencak silat BSM yang berdiri dan berpusat di Kendal, usai rapat pengurus Budi Suci Mandiri, di Desa Tambaksari Patebon Kendal, Senin (11/4).
Bambang mengatakan bahwa budaya pencak silat merupakan seni bela diri asli Indonesia yang sudah mendunia dan yang diwariskan oleh para leluhur dari generasi ke generasi.
“Perguruan pencak silat BSM merupakan salah satu perguruan pencak silat yang terpusat di Kendal, sampai saat ini jumlah anggota perguruan BSM sudah mencapai sekitar 2.648 orang,” ungkapnya.
Bambang menyampaikan, perguruan Budi Suci Mandiri mulai resmi didirikan olehnya itu sejak tahun 1998 lalu di Kendal. Hingga saat ini, lanjut Bambang, perguruan BSM sudah memiliki 4 cabang di luar daerah termasuk di Kabupaten Batang, Semarang dan Blora.
“Bahkan, saat ini kita sedang berencana mendirikan cabang perguruan BSM di luar negri. Karena banyaknya anggota BSM yang menjadi tenaga kerja asing di Negara-negara Asia (imigran), maka untuk memudahkan jalinan silaturrahmi atau komunikasi sesama anggota BSM mreka ingin mendirikan cabang BSM di sana,” ungkapnya.
Lebih lanjut Bambang menyampaikan, dalam mekanisme pembelajaran bela diri di BSM agak sedikit berbeda dengan mekanisme pembelajaran bela diri atau pencak silat di perguruan pencak silat lainnya. Biasanya, lanjut Bambang, kalau perguruan pencak silat yang lain dalam pembelajaran bela diri yang diutamakan dalam pembelajaran bela diri itu secara fisik, namun kalau di BSM yang paling diutamakan pembelajaran bela diri secara rohaniyah (kebatinan) atau tenaga dalam.
“Di perguruan BSM juga ada pembelajaran bela diri secara fisik atau pencak silat, namun yang paling kita utamakan adalah pembelajaran bela diri secara kebatinan atau tenaga dalam. Sebelum peserta didik menginjak ke pembelajaran bela diri fisik atau pencak silat, kita berikan pembelajaran dasar dulu bagaimana mengatur pernafasan atau tenaga dalam, kemudian baru kita berikan pembelajaran bela diri secara fisik atau pencak silat,” paparnya.
Bambang menjelaskan, untuk pelatihan bela diri di perguruan BSM itu lebih cendrung ke pembelajaran secara sprirtual akal, mental atau kebatinan (tenaga dalam), kemudian baru ke mentalis fisik atau pelatihan jurus pencak silat.
Sementara itu, salah seorang pelatih di perguruan Budi Suci Mandiri Pusat Kendal, Ismail Fatkhunniam mengatakan bahwa untuk mengembangkan perguruan BSM, pihaknya akan terus berinovasi dan akan terus meningkatkan kapasitas pelatih yang ada di BSM.
“Kita akan terus berupaya mengembangkan BSM secara syiar, agar bisa membawa kemanfaatan dan persatuan bagi BSM sendiri pada khususnya dan bagi masyarakat secara umum. Kita akan terus tingkatkan kuatliatas dan kuantitas dan akan terus beriinovasi dalam pengembangan BSM,” tandasnya.
Ismail menuturkan, dalam pembelajaran bela diri secara fisik atau pencak silat di BSM itu istilahnya Prasetya. Sedangkan secara rohani itu istilahnya kebatinan atau tenaga dalam.
“Di BSM ada sembilan tingkatan atau kelas, mulai dari tingkat dasar yaitu sabuk kuning, hijau, biru, coklat, hitam polos, hitam satu hingga yang terakhir sabuk hitam empat. Dalam teknis pembelajaran mulai dari tingkat sabuk biru itu ada metode atau sistem teknis pelatihan secara PBS, KBS, SBS dan TBS,” pungkasnya Ismail saat menjelaskan pendiri perguruan BSM pusat Kendal akan mengembangkan BSM di Kendal untuk melestariakan budaya seni pencak silat.
(TJ/Ach. Sakdun)
Apa pendapatmu tentang ini :)