Terasjateng.com | Kendal — Pilkada adalah momentum penting dalam demokrasi dimana rakyat memilih pemimpinnya secara langsung. Pilkada adalah ujian sesungguhnya bagi demokrasi kita. Bagaimana cara rakyat menentukan pilihan dalam pilkada menjadi ukuran kualitas demokrasi kita hari ini.
Pilkada yang sehat membutuhkan pemilih yang rasional. Pemilih rasioanal yaitu mereka yang membuat pilihan berdasarkan pertimbangan yang matang dan logis. Dalam konteks ini, terdapat beberapa dasar utama yang memengaruhi keputusan pemilih, yakni kedekatan dengan calon, ketokohan calon, visi misi dan program, serta amplop. Bagaimana kita dapat memahami keempat dasar ini dalam membangun demokrasi yang lebih baik?
- Kedekatan dengan Calon: Antara Emosi dan Logika
Banyak pemilih memilih berdasarkan kedekatan emosional atau hubungan personal dengan calon. Misalnya, seorang calon yang berasal dari daerah tertentu mungkin mendapatkan dukungan lebih besar dari warga setempat. Kedekatan ini sah-sah saja selama tidak membutakan pemilih dari aspek-aspek lain, seperti kompetensi dan rekam jejak. Tantangannya adalah memastikan bahwa kedekatan ini tidak menjadi satu-satunya faktor, sehingga pilihan tetap rasional.
- Ketokohan Calon: Figur yang Menginspirasi
Ketokohan calon sering menjadi faktor penting dalam menarik simpati masyarakat. Sosok yang dikenal sebagai pemimpin karismatik, jujur, atau tegas dapat menjadi daya tarik tersendiri. Namun, pemilih rasional perlu menggali lebih dalam: apakah ketokohan itu sejalan dengan kemampuan calon memimpin? Jangan sampai aura ketokohan menutupi kekurangan dalam kompetensi atau moralitas calon.
- Visi, Misi, dan Program: Fondasi Rasionalitas
Dasar utama dari pemilih rasional adalah kemampuan untuk menilai visi, misi, dan program kerja calon. Pemilih yang baik adalah mereka yang meluangkan waktu untuk memahami apa yang ditawarkan calon dan bagaimana rencana tersebut akan diwujudkan. Program yang realistis, terukur, dan sesuai kebutuhan masyarakat menjadi indikator bahwa calon memiliki visi yang jelas. Ini adalah inti dari rasionalitas dalam memilih pemimpin.
- Berdasarkan Amplop: Ancaman bagi Demokrasi
Sayangnya, praktik politik uang masih menjadi realitas di berbagai pilkada. Pilihan berdasarkan amplop adalah bentuk irasionalitas yang merusak demokrasi. Amplop hanya memberikan keuntungan sesaat, sementara dampak dari pemimpin yang tidak kompeten akan dirasakan dalam jangka panjang. Pemilih yang tergoda oleh amplop tidak hanya merugikan dirinya sendiri, tetapi juga seluruh masyarakat.
Mendorong Pemilih Rasional untuk Masa Depan
Pilkada yang menghasilkan pemimpin berkualitas membutuhkan pemilih yang kritis dan rasional. Penting bagi masyarakat untuk memperluas wawasan politik mereka, mengedepankan logika dibanding emosi, dan menolak segala bentuk politik uang. Media, organisasi masyarakat, dan lembaga pendidikan memiliki peran besar dalam mengedukasi publik tentang pentingnya pemilih rasional.
Demokrasi sejati hanya akan terwujud ketika rakyat memilih dengan hati dan pikiran yang jernih. Dengan menjadi pemilih rasional, kita tidak hanya memilih pemimpin, tetapi juga menentukan masa depan daerah dan bangsa yang lebih baik.
Apa pendapatmu tentang ini :)