TERASJATENG.COM | PEKALONGAN – Ada-ada saja kelakuan bocah di Desa Krompeng, Talun, Kabupaten Pekalongan ini. Di waktu sebagian orang terlelap tidur malam, bocah seusia SD-SMP ini malah bertelanjang dada kemudian mengecat wajahnya hitam-putih hingga menyerupai ‘setan’ atau ‘tuyul’.
Rupanya para bocah itu sengaja begadang hingga menjelang waktu sahur. Jika tiba waktunya, mereka bergegas mengambil kentongan lalu berkeliling kampung membangunkan orang untuk makan sahur.
Bukannya seram, aksi bocah tersebut malah mengundang tawa bagi sebagian warga. Tradisi ini dikenal dengan ‘tongprekan’. Tiap daerah memiliki cara dan sebutan tersendiri untuk membangunkan orang sahur.
Aksi bocah tersebut menjadi ramai diperbincangkan setelah foto dan video mereka diunggah di sebuah grup facebook Pigura Warga Batang, oleh akun bernama Uri Doo, Minggu (3/6) pukul 03.38 WIB.
Dalam unggahannya, Uri Doo menulis caption “Iki lur cah cilik ng kampungku mben dino do semangat gugahi wong saur. Kampungmu pie?” (Ini anak kecil di kampungku, saban hari pada semangat membangunkan orang sahur. Kampungmu bagaimana?)
Postingan tersebut seketika dibanjiri komentar dari anggota grup. Ada yang takut, ada yang kasihan, malah ada yang mendo’akan mereka.
“Woalah kui bocah. Wayah wengi okui rak klambinan. Raine dicoret2. . . Nek bapak mu reti lha ngko diseneni koe lee…. Idene sopo jane ki kog mukane dicoret2 segala ki” (Itu bocah. Malam-malam tidak pakai baju, wajahnya dicoret-coret. Kalo bapakmu tahu pasti dimarahi kalian. Idenya siapa mukanya kok dicoret-coret segala, red), komentar akun bernama Ghufron.
Komentar lain datang dari Aisyah Amel. “Semoga mendapatkan pahala ya adek-adek…rela menahan kantuk demi untuk membangunkan orang sahur,,,,,padahal paginya untuk bersekolah”, tulisnya.
Akun bernama Melati turut menulis komentarnya. Menurutnya aksi bocah-bocah tersebut merupakan satu kelucuan yang akan dirindukan pasca Ramadhan nanti.
“Memori seperti inilah yang akan dirindukan saat hari terakhir Ramadhan, di mana setelah itu masjid-masjid, surau, mushola tak terdengar lagi khataman Al-Qur’an, tak ada lagi kelucuan anak-anak atau pemuda kampung berkeliling membangunkan orang untuk makan sahur, tak ada lagi kebersamaan untuk bagi-bagi takjil, sehingga setelah Ramadhan semuanya menjadi sepi kembali,” tulisnya dalam komentar facebook.
Sementara itu, Uri Doo pengunggah postingan tersebut saat dikonfirmasi tim Terasjateng.com membenarkan bahwa tradisi tongprekan sudah dari dulu dilakukan di kampungnya. Make up setan atau tuyul itu tergantung tema, tiap hari bisa berbeda-beda. Uri Doo menerangkan bahwa ide kegiatan itu merupakan inisiatif dari pemuda dan anak-anak.
“Tujuan kami hanya untuk menghibur dan pada dasarnya warga menyambut dengan positif. Banyak warga terhibur, ketawa-ketawa melihat tingkah anak-anak kecil yang seperti tuyul,” tandas pemuda yang diketahui bernama M. Fatkhuri tersebut.
(A8)
Apa pendapatmu tentang ini :)