TERASJATENG.COM | Rembang – Dewan Pendidikan Kabupaten Rembang mulai kesulitan atas berbagai kendala yang muncul selama pembelajaran sekolah daring. Dewan Pendidikan juga mempertanyakan pemerintah seolah kurang peduli dengan harapan sebagian besar masyarakat yang menginginkan pembelajaran luring kembali.
Ketua Dewan Pendidikan Kabupaten Rembang, Kholid Suyono mengatakan, banyak masyarakat yang berulang kali meminta pelajaran tatap muka jangan ditunda lagi.
“Ini kehendak masyarakat lho, bukan klaim keinginan satu dua orang saja. Pendidikan ideal dilakukan tatap muka sebagaimana dicontohkan para kiai di pondok pesantren, bukan pendidikan virtual, “ kata Kholid, dikutip dari jateng.inews.id, Minggu (1/8).
Kholid menyebut, pembelajaran daring memberatkan orang tua, karena pada prakteknya tugas-tugas yang diberikan kepada anak dikerjakan oleh orang tuanya.
“Anak-anak malah banyak mainnya, ketimbang fokus dengan materi pelajaran online, “ ujarnya.
Tak hanya itu, dampak dari sekolah daring juga dirasakan oleh sekolah-sekolah swasta yang banyak kehilangan siswa atau calon siswa.
“Bagaimana dengan sekolah swasta yang biaya dibebankan kepada orang tua/wali murid dan BOS, sesuai dengan jumlah murid, “ lanjut Kholid.
Menurutnya, berdasarkan pantuan Dewan Pendidikan, banyak sekolah madrasah yang tetap melaksanakan pembelajaran tatap mua. Petugas Gugus Tugas Covid-19 sudah berulang kali juga menegurnya, namun dengan diam-diam mereka tetap melanjutkan pembelajaran tatap muka.
“Informasi yang kami dapatkan, sejauh ini belum ada anak atau guru terpapar Covid-19. Maka kami dari Dewan Pendidikan mengimbau supaya sekolah tatap muka segera dibuka, “ ungkapnya.
ia melanjutkan, kematian seseorang sudah digariskan Tuhan, tapi manusia tetap wajib berikhtiar agar tidak sakit.
“Mau di dalam kotak besi sekali pun, kalau sudah takdirnya meninggal dunia, ya akan meninggal dunia. Tapi kita harus ikhtiar agar tidak sakit, semisal wajib pakai masker, cuci tangan, jaga jarak untuk mencegah segala kemungkinan, “ katanya.
Tapi di dalam Islam, lanjut Kholid, jika seseorang meninggal dunia saat menuntut ilmu untuk kebaikan, maka bisa digolongkan mati syahid.“Jadi jangan takut mati saat belajar, “ terusnya.
“Kita doakan pemimpin-pemimpin kita, terutama yang ada di Kabupaten Rembang. Kita berdoa pula agar Covid-19 ini lekas dicabut oleh Allah SWT dan diganti dengan kebaikan serta kebahagiaan, “ katanya.
Apa pendapatmu tentang ini :)