Terasjateng.com | Brebes – Ditengah situasi pandemi dimana semua orang menginginkan bantuan dari pemerintah, ada kisah inspiratif hadir dari seorang bernama Warsiti (37) di Brebes. Bukanya ikut berebut bantuan, Warsiti yang hanya penjual rujak dan masih memiliki tanggungan dua orang anak ini justru mundur dari kepesertaan Program Keluarga Harapan (PKH).
PKH sendiri merupakan merupakan bantuan bersyarat yang diberikan kepada keluarga miskin. Warsiti mengaku mengundurkan diri secara sukarela. Warga Desa Tangeran kecamantan Tonjong tersebut lebih lanjut menjelaskan dirinya mundur dari penerima PKH karena merasa telah banyak dibantu oleh pemerintah.
“Saya bersyukur karna telah banyak mendapat bantuan dari pemerintah. Saya memutuskan mengundurkan diri dari PKH dengan sukarela, tanpa paksaan dari siapapun” ungkap Warsiti kepada terasjateng.com.
Warsiti saat ini masih memiliki dua anak yang duduk dibangku SMA dan SD, keseharianya ia mengandalkan peghasilan dari berjualan rujak sayur dan gorengan. Warsiti sendiri sudah mulai tahun 2013 menjadi penerima manfaat PKH.
Sejak menerima bantuan PKH, Ia gunakan uang bantuan tersebut guna memenuhi kebutuhan pendidikan anaknya. Sebagian dari bantuan tersebut disisihkan untuk modal usaha jualan rujak sayur dan gorengan. Tepatnya mulai berusaha jualan rujak sejak 4 tahun lalu saat anaknya yang kedua kelas satu SD.
“Kalau ditanya masih butuh, ya jelas masih membutuhkan tapi kasihan banyak tetangga yang kurang mampu dari saya tapi belum dapat bantuan PKH,” Jelasnya.
Sementara itu, Koordinator Pendamping PKH Tonjong Dwi May Ismawan menyatakan bahwa proses graduasi memang sudah ditargetkan 10% dari total penerima bantaun PKH. Mundurnya ibu Warsiti juga diikuti oleh 2 KPM (Keluarga Penerima Manfaat) Bansos PKH, yaitu Ibu Tri Astuti warga Desa Tanggeran RW 03 dan Ibu Haryani warga Desa Tanggeran RW 07.
Graduasi adalah tidak terpenuhinya kriteria kepesertaan dan/atau meningkatnya suatu kondisi sosial ekonomi, yang dibuktikan melalui kegiatan pemutakhiran data. 3 KPM tersebut masuk pada kategori graduasi sejahtera mandiri, dimana KPM menolak bantuan karena merasa mampu, tidak ingin bergantung pada bantuan sosial PKH, dan memberikan kesempatan kepada keluarga lain. Hal ini sesuai petunjuk teknis graduasi KPM PKH.
Selanjutnya Dwi May Ismawan berharap KPM yang tergraduasi senantiasa diberikan kesehatan dan kesejahteraan, dan dapat menjadi contoh KPM PKH lainnya. “harapanya KPM yang sudah mentas dapat menjadi contoh bagi yang lain” pungkasnya.
(KA/TJ)
Apa pendapatmu tentang ini :)