TERASJATENG.COM | BATANG – Dalam rangka memperingati haul KH.Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ke-9, jaringan Gusdurian Batang, Lembaga Pengembangan Sumberdaya Manusia Nahdlatul Ulama (Lakpesdam NU) Batang dan Laskar Batang menggelar Nonton Bareng dan Diskusi Film Jalan Dakwah Pesantren, Rabu (26/12) di Titaro Kopi dan Kletikan, Jl. KH Wahid Hasyim, Kauman, Batang.
Dalam kegiatan tersebut hadir sejumlah tokoh NU, diantaranya Munir Malik, Jadul Maula, serta para Gusdurian dan pemuda setempat.
Kyai Jadul Maula, Pengasuh Pesantren Kaliopak mengatakan bahwa film tersebut merupakan film pertama yang menurutnya bisa menggambarkan sejarah pesantren, dunia pesantren serta menggambarkan sosok-sosok pesantren. Film tersebut diputar dalam haul Gus Dur menjadi sangat tepat, mengutip ungkapan Gus Nasir, Jadul melanjutkan, bahwa Gus Dur itu seratus persen adalah produk pesantren.
“Sehingga kalo kita hayati, teladani dan pelajari riwayat Gus Dur itu menggambarkan pesantren, Gus Dur mewarisi keilmuannya, sosok kyainya, maupun kiprah perjuangannya,” pungkasnya saat menjadi narasumber diskusi tersebut.
Namun ia menyampaikan, ada beberapa hal yang belum muncul dalam film Jalan Dakwah Pesantren tersebut. Yakni terkait fase-fase pesantren. Fase perintisan pesantren, semisal pada zaman Sunan Ampel, dimana pesantren yang kala itu minoritas, kemudian menjadi viral.
Kemudian fase ketika berdirinya kerajaan Demak, dari pesantren yang viral menjadi lembaga pendidikan mainstream dalam pembentukan tatanan masyarakat. Fase selanjutnya, era peralihan dari Kerajaan Pajang ke Mataram, dimana pasca sepeninggal Sultan Hadiwijaya, putranya, Pangeran Benowo tidak melanjutkan kerajaan, namun lebih memilih mendirikan pesantren.
Selain ketiga fase tersebut, Jadul juga membeberkan pesantren pada fase Perang Diponegoro, fase Resolusi Jihad dan fase Gus Dur, yaitu pada peralihan zaman Orde Baru ke Reformasi.
Menurut Munir Malik, salah satu narasumber diskusi, pesantren merupakan lembaga pendidikan asli Indonesia yang paling ideal, paling berhasil melahirkan sumber daya manusia yang dibutuhkan oleh lingkungan.
“Dan di situ tidak lepas dari bagaimana membentuk pemikiran-pemikiran generasi,” lanjut salah satu Pengurus Cabang NU Kabupaten Batang tersebut.
Sementara itu Jaringan Gusdurian Batang, M. Arif Rahman Hakim mengatakan bahwa haul Gus Dur kali ini sengaja diperingati dengan nonton film dan diskusi, sebagai jalan untuk meemperkenalkan Gus Dur dari sisi kebudayaan.
“Gus Dur juga merupakan salah satu adalah produk asli pesantren. Sehingga dengan menonton film ini, kami berharap masyarakat juga tahu bahwa pesantren selama ini mempunyai andil yang cukup besar dalam membangun bahkan mendirikan bangsa ini,” pungkasnya.
Dalam pandangan Arif, Gus Dur merupakan sosok multidimensi yang harusnya bisa ditiru para pemimpin bangsa saat ini. Selain ia merupakan seorang ulama, lanjut Arif, Gus Dur juga seorang budayawan, politisi bahkan juga seorang humanis.
“Dengan haul ini kami ingin mengingatkan bahwa ada yang lebih penting dari pada sekedar urusan politik, dari pada urusan berebut kekuasaan, yaitu kemanusiaan. Kemanusiaan ini tentu sangat luas, misalnya dengan menghargai perbedaan, berperilaku sopan santun dan lain sebagainya,” imbuhnya.
Film Jalan Dakwah Pesantren merupakan film yang disutradai oleh Yuda Kurniawan, sebelumnya diproduksi oleh Kementerian Agama RI, Rekam Docs dan 1926. Film berdurasi 37 menit itu berkisah tentang sejarah panjang lembaga pendidikan berciri khas keagamaan yang lekat dengan lokalitas dan beragam tradisi serta budaya di Indonesia bernama pondok pesantren.
Film tersebut dibuat selama setahun dengan menyambangi sekitar 15 pesantren di pulau Jawa. Beberapa tokoh yang ada dalam film tersebut adalah KH A Mustofa Bisri (Gus Mus), Ketua Lesbumi PBNU KH Agus Sunyoto, Ketua Rabithah Ma’ahid Islamiyah NU KH Abdul Gaffar Rozin, pengasuh Pesantren Kaliopak KH Jadul Maula, pengasuh Pesantren Tegalrejo KH Yusuf Chudlori, dan pengasuh Pesantren Kauman Lasem KH Zaim Ahmad Syakir.
Selain nonton bareng dan diskusi pesantren, acara haul Gus Dur ke-9 tersebut juga diwarnai dengan syukuran dan do’a bersama untuk mendiang Presiden ke-4 Republik Indonesia tersebut.
(A8)
Apa pendapatmu tentang ini :)