Oleh: Muhammad Sabbardi
Ramadhan tahun ini sangat berbeda, jika biasanya orang-orang melakukan kegiatan yang biasa dilakukan seperti ngabuburit, bukber, tarawih, tahun ini kegiatan itu dikurangi. Di tengah kondisi pendemi virus covid-19 yang semakin hari semakin liar penyebarannya, aktivitas puasa ramadhan ini pembatasan aktivitas di luar rumah dilakukan untuk menekan penyebaran virus corona. Berada di rumah menjadi pilihan baik sesuai himbauan Pemerintah, sehingga banyak orang yang pelajar/mahasiswa yang belajar atau para pekerja untuk bekerja dari rumah atau work from home (WFH) dan juga hanya ‘rebahan’ di rumah.
Hal ini memunculkan stigma mengenai rebahan, stigma sendiri adalah pandangan negatif seseorang terhadap sesuatu hal, jika diliat-liat memang orang-orang kebanyakan rebahan selama Ramadhan tetapi tidak selamanya rebahan itu dipandang negatif jika rebahan sambil melakukan hal positif seperti rebahan sambil melakukan amalan-amalan ibadah, mengerjakan tugas atau kerja, disain konten kreatif, memantau bisnis online, atau nonton film dokumenter, dan sebagainya.
Kaum Rebahan?
Istilah “kaum rebahan” mulai muncul sejak aksi demo para mahasiswa pada September lalu dan terus digaungkan hingga saat ini. Istilah itu merujuk pada orang-orang yang lebih memilih untuk bersantai dan berbaring di kasur daripada mengisi waktunya dengan hal yang positif dan produktif. Sayangnya, istilah kaum rebahan justru menimbulkan stigma negatif terhadap para generasi milenial. “Malas (mager), tidak produktif, melewatkan kesempatan, tidak mempunyai target, serba instan, tidak menghasilkan apa-apa.”
Generasi milenial memiliki pola pikir yang berbeda dengan generasi sebelumnya. Generasi ini dibesarkan oleh kemajuan teknologi. Hal ini membuat para milenial melibatkan teknologi dalam berbagai aspek kehidupannya. Lahir dan dibesarkan pada saat gejolak ekonomi, politik, dan, sosial melanda Indonesia membuat para milenial tumbuh sebagai generasi yang open minded, kritis, menjunjung tinggi kebebasan, dan berani (BPS, 2018).
Terdapat banyak riset yang membantah stigma milenial sebagai generasi pemalas. Aktivitas berbaring di kasur bagi generasi milenial bukanlah hambatan untuk tetap produktif. Dengan berkembangnya teknologi dan media internet, memungkinkan para milenial untuk menuntaskan tanggung jawabnya dimana pun dan dalam kondisi apapun, termasuk berbaring.
Sembari berbaring, para milenial dapat ber-multitasking, seperti belajar, belanja, bersosialisasi di satu waktu yang sama. Tidak hanya hal yang sifatnya menghibur, sambil berbaring para milenial juga mampu menjalankan bisnis secara online. Berdasarkan riset, 7 dari 10 milenial mempunyai jiwa entrepreneurship yang tinggi (IDN Research Institute, 2019). Tidak heran saat ini banyak bisnis online yang bermunculan.
Riset yang dilakukan oleh ManpowerGroup menunjukkan bahwa para milenial bekerja lebih keras dari generasi sebelumnya. Sebanyak 73 persen milenial di dunia bekerja 40 jam seminggu dan seperempatnya bekerja lebih dari 50 jam seminggu. Selain itu, sebanyak 26 persen di antaranya mempunyai lebih dari satu pekerjaan.
Orientasi bekerja antara milenial dengan generasi sebelumnya juga berbeda. Apabila generasi sebelumnya berorientasi pada gaji atau upah, milenial tidak bekerja semata-mata untuk gaji melainkan untuk mengejar tujuan. Para milenial melihat pekerjaan sebagai proses pengembangan diri. Apabila pekerjaan dirasa tidak berdampak pada pengembangan diri, maka milenial akan memilih untuk mencari pekerjaan lain. Hal ini membuat fenomena turnover banyak terjadi di kalangan milenial, namun semata karena para milenial mencari pengembangan diri pada pekerjaannya.
Rebahan Produktif
Di tengah kondisi pendemi virus covid-19 yang semakin hari semakin liar penyebarannya, aktivitas puasa ramadhan ini berada di rumah menjadi pilihan baik sesuai himbauan Pemerintah agar meminimalisir penularan virus. Namun demikian, selama di rumah saja jangan sampai meletakan ramadahan ini dengan hal-hal yang mubah bahkan sia-sia. Misalnya nonton tv, rebahan hingga berlama-lama, brosing, chating, bermedsos, dan lainya.
Agar puasa kita tidak hanya mendapatkan dahaga dan lapar saja, dan banyaknya salat malam hanyalah begadang semata, sesuai Sabda Rasullah SAW yang artinya, “Betapa banyak orang yang berpuasa hanya mendapatkan dahaga dan lapar saja, banyaknya salat malam sesungguhnya hanya begadang semata.” HR Ahmad.
Maka dari itu, hendaknya kita harus menjadikan ramadhan tahun ini tetap produktif, meski ditengah pandemi wabah covid-19. Adapun hal yang bisa kita lakukan misalnya, pertama hendaknya kita tetap memelihara amalan-amalan ritin, contoh salat, zakat (baik zakat fitral/ zakat mal sesuai nisobnya), dzikir, sadaqoh, membaca Quran dan lainnya.
Kedua, berdakwah menyampaikan amar makruf nahi munkar. Dengan adanya pandemi ini, jangan membuat kita down, bahkan berhenti untuk berdakwah. Justru dengan konsisi seperti ini, kita semakin terpacau dan semangat untuk meningkatkan aktivitas dakwah ini. Kalau dulu bisa bertemu, berdiskusi dan ngobrol secara langsung, sekarang kita bisa berkomunikasi dengan orang lain melalui sms, whatapp, telapon, bersosial media, dan lainnya, karena kita harus tetap di rumah. Kita bisa share video ceramah, berita islam, kajian ilmu-ilmu Islam. Bahkan dengan kecanggihan teknologi, dapat pula menggunakan penyedia aplikasi video call/canference untuk menggelar kajian dakwah dengan jumlah banyak.
Dan ketiga, dengan meningkatkan amalan-amalan sunah, salat sunah (tahajud, terawih, witir, bada dan qobla salat wajib, dhuha, dan lainya). Dengan demikian, kita bisa meminimalisir perilaku mubah atau bahkan sia-sia yang mendominasi amalan-amalan kita.
Rebahan Inspiratif
Selain rebahan produktif, banyak hal yang bisa dilakukan semala puasa ramadahan di rumah saja yakni rebahan yang menginspiratif. Inspiratif adalah segala sesuatu yang bisa memberikan inspirasi dan dorongan dengan memberikan pengaruh berupa semangat dan kekuatan untuk melakukan atau membuat sesuatu.
Rebahan inspiratif yang dimaksud adalah rebahan sambil berkarya meningkatkan keahlian dan penghasilan. Adapun hal yang bisa kita lakukan misalnya pertama, dengan mendapatkan keahlian dan penghasilan dari Youtube. Banyak konten kreatif youtube yang menyajikan pelatihan online maupun tutorial untuk meningkatan keahlian sesuai bakat dan minat kita. Selain itu, dari sisi tambahan pengahasilan, bukan rahasia lagi dari youtube orang bercita-cita ingin menjadi youtuber karena penghasilannya yang cukup menggiurkan. Contohnya Atta Halilintar, dengan jumlah subscriber (pelanggan) mencapai 20,4 juta orang, diestimasi dia tekag memiliki pendapatan menyentuh angka US$3,2 juta atau sekitar Rp 44,8 miliar per tahun atau kurang lebih 2 miliar per bulan. Penghasilan dari youtube yang cukup fantastis. Sebagai seorang Content Creator Youtube bisa mendapatkan penghasilan lewat beriklan di Google Adsense, membuat konten bersponsor, bergabung dalam affiliate marketing atau menjual produk sendiri di chnnel Youtube yang dimiliki. Untuk pendapatan Adsense di Indonesia, perhitungan kasarnya adalah kamu bisa mendapat sekitar Rp 7.000 rupiah per 1000 tayangan. Jadi kalau video yang kamu upload ke Youtube mendapatkan 1 juta views, artinya kamu memperoleh setidaknya sekitar Rp7.000.000. Untuk membuat video di Youtube pun sebenarnya tidak terlalu sulit. Kamu cuma butuh kamera (bisa menggunakan kamera HP), laptop atau komputer untuk edit video dan internet untuk mengupload video. Kemudian butuh sedikit strategi untuk meningkatkan like dan subscribe (langgaran) di channel.
Kedua, menjadiinfluencer di Instagram. Saat ini banyak orang yang bekerja dari rumah saja sebagai Influencer. Dengan follower yang dimiliki di Instagram, mereka bisa bekerjasama dengan perusahaan untuk mempromosikan produk dari perusahaan tersebut atau biasa disebut sebagai endorsement. Dari setiap post dan story yang diupload, perusahaan akan membayar sesuai dengan perjanjian. Murah atau mahalnya bayaran tergantung seberapa besar audience atau follower yang dimiliki di Instagram. Jika pemilik aktif menggunakan Instagram mungkin pekerjaan ini bisa jadi pilihan selama wabah Corona masih berlangsung.
Ketiga, menghasilkan uang dari bekerja sebagai penulis lepas. Saat ini ada banyak perusahaan yang memiliki website dan butuh untuk memperbarui kontennya. Biasanya mereka akan menggunakan jasa penulis lepas untuk mengisi konten artikel di websitenya. Rata-rata harga artikel dengan 1.000 kata di website antara Rp. 25.000 – Rp. 100.000. Jika bisa menulis satu artikel sehari, maka dalam sebulan bisa menghasilkan penghasilan tambahan rata-rata Rp. 1.000.000 dari jasa penulisan. Hal tersebut bisa dikerjakan dengan satu tulisan dalam waktu dua jam di rumah selama pandemi corona masih berlangsung.
Keempat, menghasilkan uang tambahan dengan menjual jasa desain grafis. Jika mempunyai keterampilan desain grafis, hal ini bisa dimanfaatkan untuk mencari penghasilan tambahan saat bekerja di rumah. Dengan modal, software desain dan jaringan internet kamu sudah bisa menjual jasa desain grafis lewat beberapa markteplace penyedia jasa jual beli desain grafis seperti projects.co.id, sribu.com, 99designs.com, elance.com, dan upwork.com. Agar semakin banyak klien yang tertarik menggunakan jasa, pastikan pula memiliki banyak portofolio desain terbaik. Jasa desain grafis banyak dicari oleh perusahaan untuk pembuatan kartu nama, logo, baju, maskot, poster, booth dan interior.
Berikut di atas beberapa karya yang mampu meningkatkan keahlian dan menghasilkan uang yang bisa dilakukan saat di rumah aja selama wabah virus masih terjadi. Semoga dengan adanya kondisi ramadahan tahun ini yang penuh ujian dan perjuangan, kita masih tetap bisa meraih pahala terbaik di sisi Allah SWT, mendapatkan berkah dari bulan ramadhan tahun ini. Aamiin
(Artikel ini disampaikan pada Kajian Ramahan Online) Tj/ms
Apa pendapatmu tentang ini :)