TERASJATENG.COM — Kerusuhan yang terjadi di Makobrimob Jakarta cukup membuat publik terkejut. Bagaimana tidak, Markobrimob yang didalamnya diisi oleh orang-orang terlatih dan tempat pengamanan, berubah menjadi tempat yang sangat mencekam. Tahanan yang melakukan penyerangan menggunakan senjata yang mengakibatkan 6 orang tewas, 5 dintaranya anggota Brimob. Informasi terkait penyebebab kerusuhan masih simpang siur. Tim Pengacara Muslim, sebagaimana dilansir Republika mengatakan bahwa salah satu pemicu kerusuhan adalah karena hak-hak kemanusiaan. “Mulai dari penangkapan, penahanan sampai mereka disidangkan dan ditahan itu banyak hal yang dirasakan sebagai pelanggaran hak-hak asasi mereka,” jelas anggota TPM Ahmad Michdan, dalam jumpa pers di Kantor Mer C, Jakarta Pusat, Kamis (10/5).
Menurut Michdan, selama ini penangkapan terhadap mereka tidak manusiawi, karena seharusnya mereka ditangkap secara baik-baik tidak perlu diculik dan perlakuan kasar. Padahal, saat penangkapan mereka tidak sedang melakukan hal-hal yang membahayakan. Misalnya mereka sedang berjualan tiba-tiba diculik, kecuali memang sedang melakukan aksi terorisme. Apalagi, sambungnya, para teroris itu sebenarnya orang baik-baik. “Kalau kekerasan itu sudah dari awal sampai mereka jadi napi itu mereka terima, saya sudah adukan ke Komnas dari dulu,” tambahnya.
Kemudian juga soal pemeriksaan super ketat terhadap keluarga mereka. Seperti istri para narapidana yang ingin membesuk harus digeledah untuk diperiksa. Padahal, kata Michdan, kalau selama ini mereka dipandang baik selama membesuk suaminya tidak perlu seperti itu. Hal ini juga yang membuat mereka (narapidana) tidak terima dengan prosedur pemeriksaan super ketat seperti itu. “Nah istrinya mengadu (ditelanjangin) dan suaminya yang memiliki pemahaman Islam seperti itu, kan ini ranah privat,” ungkap Michdan.
Sementara menurut Polri, diduga senjata yang digunakan oleh para narapidana terorisme dalam insiden Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, merupakan hasil rampasan dari polisi. “Senjata itu diduga kuat hasil rampasan dari rekan-rekan terbaik kami yang gugur,” ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri Brigadir Jenderal M Iqbal, Kamis (10/5).
Masih belum adanya kejelasan dari pihak kepolisian terkait penyebab kerusuhan di Mako Brimob. Wakil Kepala Polri Komjen (Pol) Syafruddin mengatakan, kondisi rutan negara di Markas Komando Brimob, Kelapa Dua, Depok sudah melebihi kapasitas atau “overload”. “Ini sudah dikoordinasikan dengan seksama mulai dari beberapa bulan lalu, karena ini memang kondisinya sudah sangat ‘overload’ seperti rutan-rutan yang lain,” kata Komjen Syafruddin usai jumpa pers bersama Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan Bogor pada Kamis (10/5).
Namun, terlepas dari itu semua. Mantan Kepala BIN Jenderal TNI AM Hendropriyono memuji langkah Polri dan Densus 88 yang berhasil mengatasi kerusuhan di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok. Hendropriyono memberikan apresiasi. “Sebagai warga negara, saya mengucapkan selamat atas keberhasilan Polri dan Densus 88 yang berhasil melumpuhkan kelompok teroris, dan meminimalkan korban dalam insiden itu,” kata Hendropriyono kepada wartawan, Kamis (10/5/2018). (ad)
Apa pendapatmu tentang ini :)