Abi Daulah Haque | Wakil Sekretaris HIPMI Kendal, CEO Bourjuis Coffee
TERASJATENG.COM — Gerakan Sumpah Pemuda setiap tanggal 28 Oktober menjadi bagian dari perjuangan generasi muda. Berawal dari inisiatif para pelajar Indonesia yaitu PPPI (Perhimpunan Pelajar-pelajar Indonesia) serta para cendekiawan Indonesia yang bercita-cita menyatukan seluruh organisasi pemuda di Indonesia, pertemuan-pertemuan demi mewujudkan cita-cita tersebut pun dilakukan.
Pertemuan itu menghasilkan bahwa akan dilaksanakan kongres pada bulan Oktober mendatang dengan susunan panitia yang diambil dari setiap organisasi pemuda yang ada. Kongres itu laksanakan tanggal 27-28 Oktober 1928. Kongres sumpah pemuda menghasilkan rumusan yang menjadi pemersatu pemuda-pemudi di seluruh Indonesia.
“Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia, kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia, kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia.” (Kutipan Ikrar Sumpah Pemuda)
Pemuda memang memiliki peran penting dalam sejarah Republik Indonesia. Termasuk peristiwa desakan pemuda yang “menculik” Soekarno dan Mohammad Hatta ke Rengasdengklok, Jawa Barat, Indonesia kemudian memproklamasikan kemerdekaannya. Berangkat dari spirit Sumpah Pemuda di mana pemuda-pemudi yang memiliki semangat dan perilaku kewirausahaan yang dilandasi oleh kemampuan berkreasi dan berinovasi membangkitkan wirausaha milenial dan ekonomi kreatif.
Menyambut satu abad NKRI ditahun 2045, negara akan melewati masa-masa dimana angkatan muda menjadi penentu nasib bangsa, dengan kehadiran bonus demografi. Apa itu bonus demografi?
Bonus demografi adalah bonus yang dinikmati suatu negara sebagai akibat dari besarnya proporsi penduduk produktif (rentang usia 15-64 tahun). Jumlah penduduk usia produktif pada periode tersebut diprediksi mencapai 70% dari total populasi pada tahun 2025-2035 yang diacatat oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
Bonus demografi ibarat pedang bermata dua bagi bangsa Indonesia. Dampak baiknya ketika usia produktif maka kemungkinan negara untuk semakin maju bisa lebih besar dengan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Hal tersebut bisa terjadi jika para masyarakat yang sedang berada pada usia produktif terdapat lapangan kerja yang cukup untuk menampungnya.
Namun, bonus demografi bisa berbalik menjadi bencana, jika usia produktif ini tidak berkualitas dan tidak berproduktivitas. Akan mendatangkan bencana masalah seperti pengangguran, pemudanya tidak produktif, dan tidak kreatif. Untuk itulah dibutuhkan rencana dan juga solusi untuk menghadapi bonus demografi ini.
Salah satu solusi yaitu dengan menjadi entrepreneur ditengah bagaimana bangsa ini harus benar-benar membangun aspek ekonomi, ideologi, lapangan pekerjaan serta rasa nasionalisme. Dengan membuka usaha, maka akan tercipta lapangan pekerjaan. Ditambah kolaborasi antar individu atau komunitas.
Seperti yang disampaikan oleh presiden Jokowi di Munas HIPMI (Himpunan Pengusaha Muda Indonesia) 2019 bahwa “Kelemahan kita, terutama yang muda-muda adalah sulit dan enggan untuk ber-partner (bermitra),” menurut beliau faktor tersebut sangat penting dimiliki para pengusaha-pengusaha muda Indonesia. Sebab, dalam menjalankan usaha dibutuhkan mitra dan kolaborasi satu sama lainnya, sehingga bisa berkembang dan maju bersama berangkat dari semangat sumpah pemuda.
Ada beberapa kutipan menarik dari bung Karno Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia”. Sementara sahabat Umar bin Khattab juga pernah mengatakan “setiap kali aku menemui masalah-masalah besar, yang kupanggil adalah adalah pemuda”.
Dari kutipan tersebut wajar saja bila anak muda memang diandalkan, karena yang mereka tawarkan adalah masa depan. Dengan inovasi dan kreativitas para pemuda-pemudi akan merubah sumberdaya akan menjadi produk yang dibutuhkan masyarakat luas.
Diibaratkan dulu berjuang dengan bambu runcing untuk mengusir penjajah. Sedangkan entrepreneur juga bisa menjadi simbol untuk berjuang dan sumpah pemuda dengan konteks satu tanah air, satu bahasa dan satu bangsa Indonesia. Perjuangan sekarang diterjemahkan dalam membangun bisnis untuk memberikan manfaat bagi bangsa ini.
Bangunlah anak muda! Kalian penentu nasib bangsa. Jangan takut gagal dalam berjuang untuk berwirausaha, bukalah lapangan kerja, carilah relasi, jaringan, dan teman sebanyak mungkin. Persiapkan diri dari hal yang dasar untuk menghadapi bonus demografi karena ini menjadi kesempatan emas bagi anak-anak muda seperti aku, kamu, dan kita. Jadi kapan kita kolaborasi?
Apa pendapatmu tentang ini :)